The Gleaming Fang (ch. 1/?)


Hi there~ inilah yang ditunggu-tunggu! sequel dari The Jabberwocky ! press "read more". Please read, enjoy, and comment!!
 
....cough..... ma-maaf *dilemparin tomcat* Maaf banget!! sudah berapa tahun saya gak update ini blog?

Maklumilah~ hari senin kemarin kan saya lagi UNAS.. kalo sampai saya nyalain laptop(boro-boro internetan), saya pasti langsung diusir dari rumah~

Saya juga minta maaf karena di post yang lalu saya ngamuk2 gak jelas, dan rasanya gak fair banget kalian sudah comment tapi gak ada post baru yang keluar... yaa begitulah saya, one procrastinating bastard..

Back to business~ karena cukup banyak (baca: banyak = 1-4 orang) yang request lanjutan dari fic kemarin, akhirnya saya memutuskan untuk membuat sequelnya.. karena kayaknya kepanjangan, saya harus memotongnya jadi beberapa chapters~
Sudah cukup basa basinya!! enjoy with your dying will!!
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

The Gleaming Fang
            
               Matahari bersinar sangat cerah, cahayanya menembus masuk ke dalam kelas ASEC yang sudah cukup dipenuhi oleh beberapa murid yang sedang berbincang satu sama lain. Salah satu dari mereka adalah Jimmy. Sekarang suasana hati Jimmy sedang tenang, tidak ada yang akan bisa merusaknya..Ow.. seharusnya kau tidak mengatakan itu Jim..

                Pintu kelas pun terbuka, lalu masuklah Puspita, membawa benda yang baru saja kemarin hampir dijadikan maskot kelas. Iya.. boneka Jabberwocky... 

                Akhirnya yang pertama menyadari pun Adel, lalu ia bertanya kepada Puspita, “Loh Pus? Kok kamu bawa boneka itu? Kan kita gak jadi pake maskot?” sambil menunjuk kepada boneka yang dipegang Puspita.

                Saat Puspita hendak menjawab, Mala pun memotongnya terlebih dahulu, “Gak apa-apa kok Mi, aku yang minta buat dibawain..” Jawab Mala.

                “Kenapa emangnya Mal?” Tanya Pingky yang tadi mendengarkan pembicaraan mereka.

                “Lihat ini kelas, sepi.. vas bunga pun gak ada, mading pun gak ada, yang ada cuma hiasan tulisan 
di atas itu. Lagipula Puspi juga setuju ini boneka dijadiin hiasan kelas kita, jadi kenapa enggak?” jelas Mala.
                “Ooh..” Ucap Adel dan Pingky bersamaan.

                Dari tadi sebenarnya gak ada yang memperhatikan keempat anak yang sedang berbincang-bincang itu. Puspita pun akhirnya meletakkan boneka itu diatas loker sebelah kiri yang letaknya di belakang bangkunya Nasrul.

                Buge melihatnya dari tempat Agung, lalu ia pun mengatakannya kepada Jimmy yang duduk di sebelahnya, “Jim, bukannya itu boneka yang kemarin ya?”

                Jimmy melihat ke Buge lalu, “Gak mungkin ah, kan kemarin boneka itu gak jadi maskot kita..” Dari nada bicaranya kedengaran sekali Jimmy menyangkal.

                Buge pun sedikit cemberut, “Iih.. gak percaya, tuh liat aja sendiri di loker sebelah kiri!”

                Jimmy pun pelan-pelan menghadap ke arah yang dikatakan Buge dan terus berharap kalau Buge cuma bercanda, dan kalau bercanda itu bukanlah candaan yang lucu...

                Benar yang dikatakan Buge, saat Jimmy sudah sepenuhnya menghadap ke arah loker dia langsung bertatapan dengan mata merah Jabberwocky yang terlihat sangat tajam dan anehnya boneka itu seperti menyeringai kecil kepada Jimmy.

                Entah ini perasaan Jimmy atau memang sungguhan. Langit tiba-tiba meredup dan suhu terasa beberapa derajat lebih dingin, padahal sudah jelas sekali AC hanya disetel pada suhu 26o. “Gak..gak mungkin..” Ucap Jimmy menyangkal apa yang telah ia lihat.

                “Ya mungkin lah Jim.. Kamu udah liat kan? Lagipula apa sih masalahnya kalo boneka itu disini?” Sahut Buge.

                Jimmy pun langsung menghadap Buge dan dengan nada yang panik bilang, “Masalah Ge! Boneka itu loh-”, Jimmy langsung menghentikan kata-katanya dan berpikir kalau ia cerita kepada Buge tentang kegelisahannya terhadap boneka itu, Buge pasti gak akan percaya dan menertawakannya.

                “Apa masalahnya Jim?” Tanya Buge penasaran.

                Jimmy langsung terusik dari lamunannya oleh pertanyaan Buge, “O-oh.. gak jadi. Gak apa-apa kok..” Jawab Jimmy ragu-ragu.

                Buge tahu Jimmy menyembunyikan sesuatu yang sangat mengganggu dirinya. Akhirnya ia pun mengangkat bahu dan pelan-pelan mengucapkan, “Yaa.. terserah deh...”.

Tsuzuku...(to be continued...)
=================================================================== 
Bagaimana? pasti jelek... iya, pasti skill menulis saya sudah mulai karatan sekarang..

Walopun begitchu~~ please comment!! (flame will be used to burn your socks)

7 comments:

GRPAR said...

Lanjut coy~

Forever Young said...

sabar bos! chap selanjutnya masih progress ^^b

Faizzah Mcr Showbiz said...

bang dilanjut dong bang ceritanya, kalo bisa yang cepet ya kkk~

Forever Young said...

tergantung faktor kemalesan & kerajinan saya~ kalo mau cepet, ayo sumbangin duit yg warna merah dulu~

GRPAR said...

oke, ane tunggu coy ^^

whyU said...

mantab asik.., kalo ntar dah SMU (Sekolah Menengah Uwatas), apa ceritanya masih dilanjut???

Forever Young said...

udah sampe chapter terakhir pak ^^

Post a Comment

So they said...